Program Magister Ilmu Kedokteran Dasar FK Unpad
PELATIHAN SIAT KBK
Padjadjaran Authentication System.
Merupakan portal informasi bagi mahasiwa UNPAD
Merupakan portal informasi bagi staf UNPAD.
UNPAD
PELATIHAN SIAT KBK
PELATIHAN TURNITIN IKD FK UNPAD
humas.fk@unpad.ac.id]
Fakultas kedokteran Unpad gelar Workshop * Penyusunan sasaran Kinerja Pegawai
guna Pencapaian Kinerja yang Unggul dan Bersinergi di Era Digital
di lingkunagan interen FK Unpad di hadiri para pimpinan civitas akademika FK UNPAD
Prof Dr. Yudi Mulyana Hidayat, dr., SpOG(K)-Onk, DMAS.
Dekan Fakultas Kedokteran
Irvan Afriandi, dr., MPH., Dr. PH.
Wakil Dekan Bidang Sumber Daya dan Organisasi.
Dwi Agustian, dr., MPH., Ph.D.
Manajer Riset, Kemitraan dan Inovasi.
Dr. Yulia Sofiatin, dr., SpPD.
Manajer Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Alumni.
Agus Muchtarom, S.Si., M.Cs.
Manajer Sumber Daya, Perencanaan dan Informasi.
beserta para tenaga pendidik [ Dosen] tenaga pendidikan [Tendik]
FK UNPAD.
Mason Pine Hotel Kota Parahiyangan Kabupaten Bandung Barat.
Sabtu, 02 April 2022
Pukul, 08.00 – 16.00
Semoga sukses dan lancar, bermamfaat dan maslahat
Aamminn
[humas.fk@unpad.ac.id]
Fakultas Kedokteran Unpad, dengan di kukuhkan nya :
Prof. Dr. dr. Vita Murniati Tarawan, Sp. OG., M. Kes., AIFO., S.H.
“Wanita Menopause yang Berolahraga Teratur Berisiko Rendah Terkena Osteoporosis”
Makin banyak wanita dengan usia harapan hidup hingga 79 tahun mendorong kemungkinan penderita osteoporosis juga makin meningkat. Penyakit osteoporosis pada wanita menopause akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup hingga dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Vita Murniati Tarawan, dr., Sp.OG., M.Kes., AIFO, S.H., menjelaskan,
osteoporosis pada wanita menopause dihasilkan dari resorpsi tulang yang berlebihan dibandingkan pembentukan tulang. Berhentinya haid secara permanen akan menurunkan fungsi folikel dan menurunkan hormon estrogen (estradiol). “Hormon estrogen ini berperan menjaga keseimbang resorpsi dan pembentukan tulang,” kata Prof. Vita saat membacakan orasi ilmiahnya berjudul “Hubungan Kadar Estradiol, Interleukin-6, dan Insulin-Like Growth Factor-I Serum dengan Densitas Tulang Pada Wanita Menopause yang Berolahraga Teratur dan Berolahraga Tidak Teratur: Suatu Studi Mengenai Patogenesis dan Uji Diagnostik”. Prof. Vita memaparkan,
hormon estrogen berfungsi mencegah keropos tulang dengan mengurangi produksi sitokin proinflamatori seperti interleukin-1, interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor alpha oleh sumsum tulang dan sel tulang. Selain penurunan hormon estrogen, hormon lain yang juga akan menurun seiring bertambahnya usia, yaitu insulin-like growth factor-I (IGF-I). Hormon IGF-I tersebut akan mempengaruhi penurunan densitas tulang. Penurunan dari IGF-I akan memberikan efek yang merugikan pada otot, tulang, fungsi jantung dan kognisi. “Proses osteoporosis dapat diperlambat dan diobati dengan berolahraga. Olahraga penting dalam osteogenesis fisiologis tulang,” kata Prof. Vita.
Dalam risetnya, Prof. Vita membandingkan perbedaan hubungan, faktor risiko, deteksi dini, dan peluang kadar estradiol, IL-6, IGF-I serum terhadap kepadatan (densitas) tulang pada wanita menopause yang berolahraga teratur dengan yang berolahraga tidak teratur. Menurutnya, pemeriksaan kadar estradiol, IL-6, dan IGF-I serum ini merupakan yang paling sensitif, sehingga dapat digunakan sebagai alat uji diagnostik dalam mendiagnosis osteoporosis. “Untuk menurunkan angka kejadian osteoporosis, maka penyakit ini harus diketahui sedini mungkin,” ujarnya.
dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan hormonal dan sitokin. Pemeriksaan hormonal yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar estradiol serum dan kadar IGF-I serum, sedangkan pemeriksaan sitokin dilakukan adalah pemeriksaan kadar IL-6 serum. Melalui analisis regresi logistik ganda hubungan secara simultan antara kadar estradiol, IL-6, IGF-I, dan olahraga teratur, ditemukan bahwa wanita menopause yang berolahraga tidak teratur memiliki risiko terjadinya osteoporosis 4,67 kali lebih besar dibadingkan dengan wanita menopause yang berolaharaga teratur. Secara detail, wanita menopause yang berolahraga teratur dengan kadar estradiol lebih dari 16,38 pg/mL, kadar IL-6 kurang atau sama dengan 1,661 ng/mL, dan kadar IGF-I lebih dari 69 ng/mL mempunyai peluang terjadinya osteoporosis sebesar 16,3%, Sementara pada wanita menopause yang berolahraga tidak teratur dengan kadar estradiol, kadar IL-6, dan kadar IGF-I yang sama mempunyai peluang terjadinya osteoporosis 47,6%. Wanita menopause yang berolahraga teratur dengan kadar estradiol kurang dari atau sama dengan 16,38 pg/mL, kadar IL-6 kurang dari atau sama dengan 1,661 ng/mL, dan kadar IGF-I lebih dari 69 ng/mL mempunyai peluang terjadinya osteoporosis sebesar 19%. Pada wanita menopause yang berolahraga tidak teratur dengan kadar estradiol, kadar IL-6, dan kadar IGF-I yang sama mempunyai peluang terjadinya osteoporosis 52,2%. “Pada kondisi kadar estradiol yang rendah, kadar IL-6 yang tinggi, dan kadar IGF-I yang rendah beresiko terjadinya osteoporosis,” kata Prof. Vita.
Orasi ilmiah tersebut dibacakan berkenaan Penerimaan Jabatan Guru Besar bidang Ilmu Fisiologi pada FK Unpad dalam upacara pengukuhan yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (31/3/2022).* fakultas FK guru besar kedokteran orasi ilmiah pakar pengukuhan riset
Silakan mencantumkanv tautan/membuat hyperlink https://www.unpad.ac.id/2022/04/wanita-menopause-yang-berolahraga-teratur-berisiko-rendah-terkena-osteoporosis/mengutip berita : dadan triawan / arief maulana
Prof. Dr. dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT (K)., M.Kes., CCD.
“Penanganan Luka yang Salah akan Rentan Terinfeksi dan Sulit Sembuh”
Penanganan luka pada tubuh sering dianggap hal yang mudah. Padahal, penanganan yang salah dapat menyebabkan luka rentan terinfeksi dan menjadi sukar sembuh. Perawatan yang benar akan mengawali proses penyembuhan luka menjadi optimal. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Yoyos Dias Ismiarto, dr., Sp.OT(K), M.Kes., CCD, menjelaskan,
perawatan luka yang kompleks memerlukan penanganan menyeluruh dan efektif secara multimodal, yaitu dengan debridema, pemberian antibiotik sesuai kultur bakteri, serta penanganan penyakit penyertanya. “Setelah dilakukan preparasi dengan baik, penutupan luka dapat dilakukan,” ujar Prof. Yoyos saat membacakan orasi ilmiah berjudul “Multimodal Penanganan Luka Terinfeksi pada Pasien Orthopaedi dan Traumatologi” pada upacara pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (31/3/2022).
Prof. Yoyos menjelaskan, jika luka terbuka terinfeksi akan sulit untuk diatasi meskipun telah dilakukan debridema dan pemberian antibiotik sistemik. Hal ini berkaitan dengan luasnya kerusakan jaringan dan adanya resistensi kuman terhadap antibiotik yang diberikan. Untuk itu, penanganan luka diperlukan pendekatan secara multimodal, sehingga didapatkan proses penyembuhan luka lebih cepat. Selain tindakan debridema dan pemberian antibiotik,penyalutan (dressing) luka menggunakan perban bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi, serta mampu menyembuhkan luka lebih cepat 50% karena proses ini mampu menjaga luka tetap lembap. “Suasana lembap membuat suasana yang optimal untuk akselerasi penyembuhan dan memacu pertumbuhan jaringan,” paparnya.
Kontrol bakteri perlu dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya peningkatan koloni bakteri. Peningkatan koloni bakteri dapat meningkatkan jumlah cairan luka di infeksi sehingga mengganggu proses penyembuhan. Bagi luka yang terinfeksi secara resisten, Prof. Yoyos menyarankan untuk menggunakan stimulasi listrik dengan Low Intensity Direct Current (LIDC) dan pemberian antiseptik topikal untuk mengatasi organisme yang mengontaminasi dan menginfeksi luka, sehingga proses penyembuhan luka akan menjadi lebih cepat.*
Silakan mencantumkan tautan/membuat hyperlink https://www.unpad.ac.id/2022/04/penanganan-luka-yang-salah-akan-rentan-terinfeksi-dan-sulit-sembuh mengutip : arief maulana/dadan triawan.
Guru Besar Universitas Padjadjaran
Kamis, 31. Maret 2022
pukul, 13.00 – 15.00
Melalui Live Youtube dan IG Universitan Padjadjaran
dan terbuka untuk umum.
di hadapan Rektor Unpad
Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE.
di hadiri para Guru Besar civitas akademika Universitas Padjadjaran.
[humas.fk@unpad,ac,id]
Orasi Ilmiah
Prof Dr. Yudi Mulyana Hidayat, dr., SpOG(K)-Onk, DMAS.
Dekan Fakultas Kedokteran Unpad
“Academic Health System”
Solusi Penanganan Kanker pada Perempuan di Jawa Barat
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Yudi Mulyana Hidayat, dr., Sp.OG(K), menjelaskan, konsep Sistem Kesehatan Akademis (Academic Health System/AHS) yang dikembangkan Unpad bisa menjadi solusi dalam penanganan kanker pada perempuan di Jawa Barat maupun Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Prof. Yudi saat membacakan orasi ilmiah berjudul “Inovasi Penanggulangan Kanker pada Perempuan dengan Kerangka Sistem Kesehatan Akademis (Academic Health System)” berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar bidang Ilmu Obstretri dan Ginekologi pada Fakultas Kedokteran Unpad. Orasi ilmiah tersebut dibacakan pada upacara pengukuhan yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (30/3/2022).
Prof. Yudi menjelaskan, angka prevalensi kanker pada perempuan di Indonesia masih sangat tinggi. Namun, kondisi tersebut tidak diimbangi dengan pelayanan kesehatan yang optimal. Hal ini berdampak pada rendahnya angka harapan hidup penderita kanker. Di Jawa Barat, sebaran tempat pelayanan berkualitas untuk kanker perempuan masih belum optimal.
Pusat rujukan utama kanker ginekologi di Jawa Barat masih RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Di luar RSHS, jumlah konsultan kanker ginekologi di Jawa Barat baru ada 12 orang. “Kondisi seperti ini tentu membuat pelayanan tidak optimal yang dibuktikan oleh panjangnya daftar antrian untuk pelayanan operasi, radiasi, ataupun kemoterapi,” ujarnya. Untuk itu, konsep Academic Health System menjadi strategi yang dapat dicanangkan untuk menunjang pelayanan yang optimal serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kanker ginekologi, khususnya di Jawa Barat.
Dekan FK Unpad tersebut memaparkan, Academic Health System merupakan konsep yang mengintegrasikan pendidikan dan pelayanan kesehatan melalui kerja sama peningkatan layanan kesehatan. Konsep ini didorong untuk mengembangkan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di layanan primer, sekunder, dan tersier. Dalam implementasinya, Academic Health System tidak hanya dikembangkan oleh FK Unpad.
Fakultas lain yang masuk ke dalam rumpun kesehatan di Unpad turut berperan dalam pengembangan layanan terintegrasi ini. Kerja sama dilakukan dengan para pemangku kebijakan di bidang kesehatan, organisasi profesi kesehatan, serta berbagai fasilitas kesehatan di Jawa Barat.
Melalui program ini, pelayanan dan pendidikan kanker ginekologi dapat dikembangkan ke rumah sakit lainnya. Saat ini, pengembangan sudah dilakukan kepada tujuh rumah regional di Jawa Barat dengan fokus utama pada daerah yang memiliki angka kejadian kanker yang tinggi. Kerja sama juga dilakukan dengan lembaga penjamin biaya kesehatan sehingga masyarakat bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang lebih mudah dan terjangkau.
Implementasi lainnya adalah distribusi staf dan peserta didik dari FK Unpad ke rumah sakit di wilayah AHS, pelatihan tenaga kesehatan untuk rumah sakit regional dan rumah sakit jejaring, pengembangan teledukasi dan tele-training, hingga pendampingan pengembangan RS regional dan jejaring. “strategi membangun jejaring pelayanan kanker ginekologi di Jawa Barat dengan konsep AHS adalah salah satu upaya yang bisa menurunkan morbiditas dan mortalitas kanker ginekologi,” jelasnya.*
Silakan mencantumkan tautan/membuat hyperlink https://www.unpad.ac.id/2022/03/academic-health-system-solusi-penanganan-kanker-pada-perempuan-di-jawa-barat/ mengutip unpad@ac.id [dadan triawan arief maulana]
PRof.Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K)
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad
Ilmu Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Perlu Antisipatif Sikapi Perubahan Zaman
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Wiryawan Permadi, dr., Sp.OG(K) mengatakan bahwa ilmu endokrinologi reproduksi dan fertilitas mengalami berbagai kemajuan dan tantangan seiring dengan perkembangan zaman. Untuk itu perlu antisipasi agar terus fleksibel dalam menyikapi perubahan. “Saat ini kita berada dalam berbagai era yang harus diantisipasi, era digital, terhubungnya seluruh dunia melalui jaringan internet, dan juga pandemi Covid-19.
Kondisi-kondisi ini tentu mengakibatkan perubahan besar dan progresif dalam tatanan pelayanan kesehatan maupun pendidikan, tidak terkecuali dalam bidang endokrinologi reproduksi dan fertilitas,” kata Prof. Wiryawan. Pada kesempatan tersebut, Prof. Wiryawan membacakan orasi ilmiah berjudul “Ilmu Endokrinologi Reproduksi Dan Fertilitas: Will It Survive Through The Test of Time as a Problem Solver?” dalam rangka Penerimaan Jabatan Guru Besar bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi pada FK Unpad. Orasi ilmiah tersebut dibacakan Prof. Wiryawan
pada upacara pengukuhan yang diselenggarakan di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Rabu (30/3/2022). Prof. Wiryawan mengatakan, ilmu endokrinologi reproduksi dan fertilitas, seperti layaknya ilmu-ilmu lain, hadir sebagai problem solver untuk berbagai masalah khas di dalamnya. Namun perlu pula disadari bahwa perubahan terjadi secara terus menerus dalam segala bidang. “Mereka yang tidak dapat mengikuti dinamika perkembangan jaman akan tergerus dengan sendirinya,” ujarnya.
Salah hal satu yang menjadi kekhawatiran adalah, apakah ilmu endokrinologi reproduksi dan fertilitas ini akan selamanya menjadi problem solver, alih-alih terlindas oleh perubahan? “Agar suatu ilmu dapat tetap diandalkan menjadi problem solver, maka ia harus fleksibel dalam menyikapi perubahan,” kata Prof. Wiryawan.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa untuk sintas dalam tantangan jaman antara lain, perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti tersedianya sumber daya manusia yang mumpuni, sarana dan prasarana yang mutakhir dan tepat guna, dukungan pembiayaan yang stabil, serta penjagaan aspek etik. Pada kesempatan tersebut, Prof. Wiryawan menyampaikan sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu endokrinologi reproduksi dan fertilitas. Pendidikan endokrinologi reproduksi dan fertilitas harus didasarkan pada latar belakang ilmu dasar serta disampaikan dengan keterampilan mengajar yang tinggi agar terbentuk seorang inovator dan pemikir yang baik.
“Perlu diingat bahwa peserta didik kita adalah seorang pascasarjana, yang tentunya harus diberikan otonomi dan fleksibilitas untuk merancang karir mereka di kemudian hari,” ujar Prof. Wiryawan. Selain itu, ia juga menekankan perlunya menciptakan pembelajar seumur hidup yang akan membawa kemajuan dalam bidang ilmu ini. “Menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik untuk menghasilkan tidak hanya seorang praktisi klinis yang andal, namun juga seorang pembelajar seumur hidup yang akan membawa kemajuan dalam bidang ilmu endokrinologi reproduksi dan fertilitas ini,” kata Prof. Wiryawan.
Perbedaan generasi antara pendidik dan peserta didik pun perlu menjadi perhatian. Untuk itu diperlukan metode penyampaian ilmu yang sesuai. “Namun perkenankan saya menggarisbawahi satu hal yang saya yakini tidak akan pernah lekang oleh zaman, yaitu utamakan adab dan etika sebelum menimba ilmu sedalam-dalamnya,” pesannya.*
Silakan mencantumkan tautan/membuat hyperlink https://www.unpad.ac.id/2022/04/ilmu-endokrinologi-reproduksi-dan-fertilitas-perlu-antisipatif-sikapi-perubahan-zaman/ mengutip unpad@.ac.id [artanti hendiyana] [dadan triawan ]
secara virtual zoom
Rabu, 30 Maret 2022
Pukul 09.00 – selesai
Pengukuhan Guru Besar oleh Rektor Universitas Padjadjaran
Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE.
beserta para Guru Beaar civitas akademika Universitas Padjadjaran.